Nakroth – The Excecutioner’s Blade
(Arena of Valor fanfiction)
Semuanya
terlihat kemerahan dari atas tebing ini, ku kira aku harus menghancurkan batu
besar dengan senjataku untuk mendapatkan rubinya nanti. Tak satupun ada
bongkahan batu besar di sana, hanya tampak bebatuan kecil hingga sedang yang
ada di tepi sungai. Lalu di manakah aku akan mendapatkan rubinya? Haruskah aku
mencari di dasar sungai? Apakah aku menyuruh Zephys saja yang lebih teliti agar
batu rubinya cepat ditemukan? Aku benar-benar merasa konyol menjalankan misi
ini karena melakukannya secara sembunyi-sembunyi hanya untuk beberapa bongkahan
batu. Sekarang aku masih melihat
sekitar sungai dari balik pepohonan. Karena matahari baru saja terbit, hanya
ada beberapa orang di sana, padahal tempat ini lebih dekat dengan Pecci. Kebanyakan penduduknya
pemalas, bisa jadi ini tempat
yang berbahaya.
“Nakroth, tunggu apa lagi? Ayo segera kita cari
rubinya!” ajak Zephys.
“Kau gila?” sahutku, “Jika penduduk takut melihat
kita yang seperti ini lalu melapor pada pemerintah, maka akan terjadi perang
yang sangat tidak perlu.”
“Kalau begitu kita sembunyikan saja identitas
kita,”
“Zephys, cari tempat untuk menyembuyikan senjata
dan baju zirah kita lalu bertingkah seperti manusia biasa yang sedang mencari
sesuatu,”
“Meh, letakkan saja di balik semak atau di atas
pohon. Lihat, di barat sana ada semak belukar!”
“Hm..?” gumamku.
Aku dan Zephys melucuti diri dari peralatan perang. Diriku
terlihat seperti manusia biasa, tapi tidak dengan Zephys. Matanya masih
menyala, dia tampak seperti orang tempramen yang ingin menghajar orang. Tak
bisa ku salahkan, mungkin matanya akan terus bersinar. Tidak
perlu menunda lagi, aku dan Zephys langsung turun dari tebing dan melaksanakan
misi ini secepat mungkin.
Menyentuh permukaan air kemerahan dari sungai ini terasa
segar. Berjalan lurus, menenggelamkan seluruh tubuhku ke dalam sungai. Dasar
Sungai Merah bersinar begitu indah, batu mulia memantulkan cahaya dari
matahari. Ku lihat jelas, ikan-ikan berenang menemaniku. Di dasar sungai, ku
ambil beberapa batu berwarna merah lalu kembali ke permukaan. Apa yang dia pikirkan? Zephys dengan
santainya mencari batu di tepi sungai.
“Memangnya kau akan menemukan rubi di situ?”
celetukku.
“Aku tidak ingin membuang waktu untuk hal yang
membosankan ini, hanya untuk batu saja mengapa aku harus mencari ke dasar
sungai?”
Seraya ku berenang ke tepian, “Veera dan Marja
tidak menginginkan satu rubi saja.”
“Lalu kau ingin membawakan berapa untuk mereka?”
tanya dia.
“Membawa lima saja mungkin sudah cukup.”
Aku dan Zephys masing-masing mendapat sepuluh batu
berwarna merah. Setelah beberapa saat memeriksa bebatuan yang kita dapat,
ternyata hanya dua yang termasuk batu rubi. Diriku sadar sekali kalau misi ini
begitu membosankan dan kurang menantang. Kembali menyelam ke dasar sungai,
terus melakukan hal sama. Tapi ku akui kalau menyelam itu menyenangkan karena
airnya yang segar.
Tidak terasa sudah tengah hari, tak di sangka kita
mendapatkan enam bongkahan batu rubi. Mengeringkan diriku sejenak sembari
melihat awan melintas. Ada yang berbentuk seperti bunga mawar, membuatku ingin
pergi ke Rosenberg dan membeli kue itu.
“Aku akan menyempatkan diri ke Rosenberg setelah
misi ini selesai,”
Zephys terkejut, “Hm, kau mau ke Rosenberg?”
“Ya, meskipun aku pernah mengalami hal buruk
setelah dari sana, tapi tidak dengan rasa kuenya yang tetap menyenangkanku,”
jelasku.
“Hahaha! Manis sekali. Terlihat seram dari luar,
ternyata kau lembut di dalam,” ejeknya.
“Sudahlah, jangan banyak bicara dan ayo kita lanjutkan
misi ini!”
“Ayolah,
nanti aku akan mengantarkanmu kepada Mina untuk menemani dia merawat bocah
nakal yang suka mengganggu Mganga.”
“Aku
bersumpah akan mengalahkanmu setelah misi ini selesai!” umpatku.
Tak ingin membuang waktu, tak ingin mendengar dia
mengocah terlalu banyak, hanya sebentar saja ku bersantai. Kita segera
mengenakan pakaian dan melanjutkan perjalanan menuju Hutan Dagon, melewati Hutan
Verno. Bunglon itu tidak
terlihat, sebelum pergi ke sana apa aku perlu pergi ke Pecci untuk membeli
beberapa barang dari sana agar saat menampakkan diri, lalu aku bisa menyuapnya.
Tidak perlu aku susah payah melawan hewan itu agar tidak melaporkan
kemunculanku dan Zephys di tanah milik Afata.
“Zephys,
tunggu!” panggilku.
“Ada
apa, apa kau ingin pergi ke Pecci dulu untuk membeli sesuatu?”
Aku
terkejut, “Huh? Kau memiliki kemampuan baru atau bagaimana?”
“Memangnya
kenapa?” tanya dia.
“Kau benar, aku ada rencana sebelum memasuki Hutan Verno.
Bagaimana kalau kita membeli beberapa serangga yang sekiranya terlihat enak di
mata si bunglon agar dia membiarkan kita pergi.”
“Dengan apa kau akan membelinya? Kita tidak membawa uang.”
“Tentu saja dengan satu bongkah rubi ini. Untuk orang biasa,
mendapatkan rubi itu sulit bagi mereka!” imbuhku.
“Kita saja mencari itu sejak matahari terbit dan hanya
mendapat enam biji saja,”
“Manusia biasa mungkin tak akan menemukan satupun dari rubi
itu.”
Zephys meledekku, “Lalu apakah kau itu manusia luar biasa,
huh?” sembari memegang pundakku.
Sontak aku menepis tangannya, “Bagaimana.. kalau kita..
berjalan.. SEKARANG!!!” bentakku.
“Ahahaha! Diriku akan lebih sering bercanda saat ini,
Nakroth, tapi saat bertarung denganmu nanti aku akan sangat serius.”
Kita memutuskan pergi ke Pecci terlebih dahulu. Menyelinap
melalui Dataran Moonlit dan lagi-lagi melakukan penyamaran. Meletakkan senjata,
cukup melepas helm dan sabukku mungkin tidak akan membuat orang panik, lalu
tinggalkan Zephys sendirian menjaga atributku.
“Kau diam di sini!” tegasku.
Zephys mengeluh, “Hey, mengapa kau tidak mengajakku!?”
“Berisik!”
Tentunya aku tak akan berlama-lama di Pecci. Yang ku lakukan
pertama, mencari toko yang menyediakan jasa jual-beli batu mulia. Menyusuri
pasar, akhirnya ku temukan toko itu. Segera ku tukar sebongah rubi ini dan ku
dapatkan kantung sedang berisikan banyak koin. Lebih sulit membawa kantung ini
daripada sebongkah rubi tadi. Namun, lebih mudah untuk membelanjakannya. Toko
buah, terpapar jelas ada banyak apel segar yang sepertinya baru dipetik pagi
ini, “Terima kasih telah membeli!”
Kembali ke tujuan utama membeli serangga, cukup dalam aku
menelusuri pasar ini dan akhirnya aku menemukan toko hewan peliharaan. Kucing, anjing, reptil, serangga, serta ikan. Cukup
satu atau dua serangga unik yang ku beli, penjual
memasukkannya dalam kotak kaca. Harganya cukup mahal karena aku memberikan tiga koin emas dan dua koin perak, tetapi masih mendapatkan satu perunggu sebagai kembaliannya. Segera ku kembali
kepada Zephys dan melanjutkan perjalanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar