Nakroth – The Executioner’s Blade
(Arena of Valor fanfiction)
Kembali melanjutkan
perjalanan, hingga fajar pun masih belum sampai di Hutan Dagon. Naga-naga mulai
bangun, tak lama kemudian ku lihat ada elf yang menunggangi naga. Meski cukup
menyakitkan, aku harus bergerak cepat agar tidak disadari oleh para elf. Saat
menuruni gunung, sebuah anak panah hampir mengenaiku. Zephys menghardikku, “Cepat,
Nakroth!”
“Selamat pagi, bunga
kecil! Apa kau melihat seseorang dengan dua tombak berlarian kesana kemari?”
tanyaku. Sayangnya, tidak ada jawaban dari bunga itu. Aku merasa konyol. Aku memutuskan
untuk mencari Zephys nanti, bunga teratai langkanya lebih penting. Lagipula dia
tak semudah itu ditangkap, bisa saja dia melawan mereka. Aku menoleh ke kanan,
angin berhembus kencang menjatuhkan dedaunan pohon. Daun yang berjatuhan
tersusun seperti jejak, apa bunga itu menjawabku? Ku ikuti saja daun-daun ini
akan berakhir di mana.
“Oh, Zephys!”
sapaku.
Dia berlari ke
arahku, “Kita harus segera menemukan bunga teratai itu! Saat aku bersembunyi,
aku mendengar kalau Ratu Tel’Annas sudah bangun. Setelah menemukan bunganya
nanti, kita akan pergi ke Laut Mendidih.”
“Baiklah, ayo kita
berangkat! T-Tapi tunggu, aku akan bertanya pada tanaman di sini.”
“Apa maksudmu?”
tanya Zephys.
Aku menghiraukannya
dan segera berbicara, “Wahai Hutan Dagon yang luas, tunjukkan padaku di mana
bunga teratai langka yang tumbuh di tanah ini!”
Sekali lagi angin
berhembus, memberi jalan menuju teratai. “Ayo, Zephys!” aku segera bergegas
karena aku yakin para elf yang mengejar tadi akan memeriksa hutan ini. Mengerahkan
semua keahlianku di detik-detik misi ini berakhir. Sampailah di tempat teratai
itu tumbuh. Ada banyak sekali teratai, semuanya bercahaya, seolah-olah begitu
sakral dan hanya orang tertentu yang bisa mengambilnya. Aku tidak peduli, sekali
lagi aku memutuskan untuk mengambil lima batang.
Dikala aku mencabut
bunga itu, “HAAAAAAAAAAAAAAA..!!!!!!” hutan ini berteriak begitu kencang dan
terjadi gempa, aku yakin hanya di tempat ini saja yang gempa dan pastinya membawa
perhatian para elf. “Kita ambil empat batang lagi dan segera kita pergi dari
sini!” perintahku.
Tidak banyak
berkomentar, Zephys mendapatkan dua batang sedangkan aku tiga. Segera ku menuju
arah barat untuk melarikan diri. Pepohonan pun tidak memberi jalan untuk keluar
dari sini, jadi aku dan Zephys cukup lama untuk keluar dari hutan. Tak jarang
pula tanaman berduri menyerang ku, tak segan-segan aku memotongnya. Aku rasa
hutan ini tidak mengerti kalau aku dan Zephys akan memetik bunga ini, bisa saja
hutan ini diperintah dari luar. Ku lihat cahaya, semakin dekat dengan jalan
keluar.
“Cepat, Nakroth!”
hardik Zephys.
Keluar dari Hutan
Dagon, aku melihat seekor naga yang terbang berputar-putar di atas ku. Naga itu
berhenti lalu mendarat perlahan di depanku.
“Kalian baik?”
“Oh, ternyata kau, Preyta.
Cepat bawa kami pergi dari sini! Aku yakin para elf akan datang kemari dan asal
kau tahu saja, Tel’Annas.. sudah.. bangun,” jelas Zephys.
“Iya, kalian bergegas
naik, kita akan menuju Laut Mendidih,” seru Preyta.
Seingatku, di sana
ada seekor gurita raksasa yang menguasai lautnya. Mungkin gurita itu pergi
karena banyak monster dan iblis dari Lokheim yang datang menggunakan Maelstorm.
Aku cukup kasihan kepadanya. Tidak ada tanda-tanda pengejaran dari para elf,
semoga mereka yang mengejar tadi tidak mengenalku dan Zephys.
“Di sana ada Veera,”
sahut Preyta.
“Oh, benarkah?”
tanya Zephys.
“Dia menunggu kalian
di sana setelah mendapatkan informasi mengenai Tel’Annas.”
“Perlukah aku
memanggil pasukanku untuk menyerang Afata?”
“Jangan ceroboh, tunggu
saja perintah selanjutnya!”
Akhirnya, kita
sampai di Laut Mendidih sore hari. Veera sedang memandang laut dengan langit
jingga, dia terlihat begitu tenang, aku tak ingin mengganggunya. Aku memutuskan
untuk beristirahat sejenak, melemaskan kakiku yang terkilir merasakan pasir
pantai yang hangat.
“Bagaimana dengan
kakimu?” tanya Zephys sambil memegangnya.
Sontak aku
menendangnya, “Oh!”
Dia merintih, “Uhh..
a-aku yang mengobatinya, aku yang ditendang.”
“Maaf, itu terjadi
tiba-tiba. Kakiku sudah cukup baik, terima kasih...”
Veera pun
memalingkan diri dari laut, melihatku dan Zephys yang sudah menunggunya. “Jadi
bagaimana dengan rubi dan bunganya?” pintanya. Ku keluarkan barang yang dia
inginkan dan wajahnya terlihat puas. Meraba bunga yang dikeluarkan oleh Zephys,
sepertinya dia menyukai yang itu. Meski dipetik yang artinya sudah tidak ada
akarnya, bunga itu tetap hidup. Apa bunganya abadi?
“Ketahuilah, bunga
ini bisa hidup di mana saja. Di air, tanah, di udara, membakarnya pun dia akan
tetap hidup,” jelas Veera.
“Lalu apa spesialnya
rubi dari Sungai Merahnya langsung?” tanyaku.
“Marja ingin memotongnya
sendiri dengan kekuatannya,” jawabnya.
Dengan ini, misiku
selesai. Veera memerintahkanku dan Zephys kembali ke Lokheim dengan menaiki
naga Preyta. Meski perjalanannya lebih jauh dari sebelumnya tapi naga ini
sangat cepat. Nanti di Lokheim, aku memutuskan untuk menantang Zephys berduel
lagi. Bila aku menang, aku akan memintanya pergi ke Rosenberg untuk
membelikanku kue di sana.
“Aku akan
mengalahkanmu tepat saat kakiku menginjak tanah Lokheim nanti,” ucapku.
“Meh, aku merasa
tidak sportif bila aku melawanmu dalam keadaan seperti itu. Jika aku menang aku
tidak bangga, jika aku kalah itu akan memalukan.”
“Sudah aku bilang
kakiku membaik,” jelasku.
Sembari melihat
serangga Zephys menjawab, “Tapi belum sembuh total, jatuh dari ketinggian
seperti itu tidak hanya memberimu luka di kaki saja. Ayolah, kau ini masih
manusia!”
Aku bergumam, “Hm..”
“Jika kau ingin
duel, tunggu dirimu sampai sembuh total. Sekalinya kau lengah akan seranganku,
kau akan mendapat luka yang lebih parah dari ini.”
Preyta berkata, “Oh,
ada yang terluka? Kalau begitu aku akan mengantar kalian ke Benteng Nightmare. Mganga
tentunya bisa mengobati kalian agar cepat sembuh.”
“Hanya aku yang terluka, tapi aku sudah sembuh, “
jawabku.
“Antarkan saja
Nakroth kepada Mganga” pintanya, “Dia berhenti
secara tiba-tiba di depanku. Aku mendarat di atasnya lalu dia terjatuh dari
tebing di Gunung Verno karna asyik melihat cahaya pohon kehidupan.”
“Hahaha!” Preyta
menertawakanku.
Misi ini berakhir
dengan baik, sempat ada kekacauan yang tidak perlu tetapi tidak sampai
menimbulkan perang. Aku memulihkan diri di Benteng Nightmare, seekor hewan aneh
yang bersama Mina terus memandangku. Zephys memberikan serangganya kepada
Mganga yang ternyata bisa dipakai untuk obat penyembuhan lukaku. Cukup saat
misi saja aku menahan rasa sakitnya, sekarang aku bisa merasakan rasa sakit itu muncul sehingga lebih baik aku beristirahat penuh. Tepat di hari saat aku sembuh total, aku akan mengalahkan Zephys.
Next >>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar